Forum senja ini – saya menemukan satu-dua baris kalimat bernada doa dan harap di bawah narasi saya yang menjemukan, dan saya menangis.
Menangis, bukan karena deretan huruf yang
terbaca di selipan jurnal saya ini bermakna selangit atau mengharu biru. Namun
inilah titik saya sadari bahwa satu-satunya masa dimana jemari saya mampu bergerak
untuk berbagi kedukaan ini, ialah kepada orang lain yang sama sekali tak saya
kenal. Bahwa sesak yang (pada akhirnya) meledak ini mungkin takkan pernah ada
seandainya saya mampu mengacuhkan rasa segan, bercerita pada mereka sejak awal.
Pada orang tua, maupun yang menganggap saya karib kerabat. Dan kini, ketika
untuk pertama kalinya saya menerima kata-kata yang begitu menenangkan hati – saya
sadar bahwa saya cukup mengenal segelintir orang yang mungkin dapat memberikan
hal yang serupa, lebih dari sekedar kata-kata.
Tapi, ya, saya dan ego saya memilih untuk
tak meminta semua itu. Hanya kepada orang ini saya berkeluh lewat pena, dan
semua lewat begitu saja.
Bagaimanapun, Kak, terima kasih banyak.